Wednesday, 14 November 2018

Dasar Pengetikan dan Stenografi

Pertemuan 1 (T,D,J,K,G,C,P,B,S,A,I,U,E)


  • Pengertian Stenografi

            Stenografi berasal dari bahasa latin, yakni stenos dan dan graphein. Stenos berarti singkat/pendek,  dan graphein berarti tulisan. Jadi, stenografi berarti tulisan singkat atau tulisan pendek.
Di Indonesia terdapat pengarang J. Paat / Sabirin dan Karundeng  tahun 1925.
           Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968 tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standar mata pelajaran pada Lembaga-Lembaga Pendidikan dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan sistem Nasional.


  • Manfaat Stenografi
  1. Untuk membuat risalah rapat
  2. untuk mencatat atau menerima dikte perintah pimpinan
  3. Untuk mencatat notulis saat mendampingi pimpinan
  4. Untuk mencatat rekaman hasil rapat atau sejenisnya
  5. Membuat catatan yang bersifat rahasia



  • Hal-Hal yang Perlu ditaati dalam Taraf Belajar Menulis
  1. Tulislah huruf steno dengan tegas sehingga tidak menyulitkan bila dibaca atau dilatinkan kembali.
  2. Dalam taraf belajar menulis sebaiknya menggunakan pensil, hindarkan penggunaan ballpoint.
  3. Perhatikan tinggi rendah huruf, condong huruf, dan arah penulisan, baik dalam latihan menulis maupun membaca. Bila terjadi kesalahan, kemungkinan besar stenogram sulit dibaca.
  4. Tulislah huruf dengan ukuran kecil saja. Dalam taraf belajar, sebaiknya Anda menggunakan buku bergaris khusus. Dapat juga Anda membuat garis-garis pertolongan pada buku latihan.
  5. Pada awal belajar menulis, usahakanlah menulis seindah mungkin. Ini dapat Anda peroleh jika Anda belajar menulis dengan sabar, tekun, dan teliti. Hilangkanlah perasaan ingin segera dapat menulis dengan cepat. Hal tersebut kadang-kadang mengakibatkan hasil tulisan salah atau tulisan yang sulit dibaca. Kecepatan menulis akan dicapai dengan sendirinya jika Anda sudah menguasai semua huruf dan sambungan-sambungannya dengan banyak latihan. 
  • Huruf-huruf steno sistem Karundeng dibagi dalam 4 (empat) ukuran, yaitu: 
  1. Huruf yang tingginya ½ tinggi normal atau tinggi 1 ruang.
  2. Huruf yang tingginya 1 tinggi normal atau tinggi 2 ruang.
  3. Huruf yang tingginya 1 ½ tinggi normal atau 3 ruang.
  4. Huruf yang mendatar pada garis atau tinggi 0 (nol).

A. Huruf Mati 2 Ruang

Cara Penulisan :
a. Tinggi huruf 1 tinggi normal atau tinggi 2 ruang.
b. Condong huruf ± 60°.
c. Arah penulisannya dimulai dari kanan atas ke kiri bawah.
d. Huruf-huruf tersebut ada yang kepalanya runcing, kepala melengkung ke kiri, dan kepala melengkung ke kanan


- Huruf dengan kepala runcing 



1. Huruf T :
   


2. Huruf D :

3. Huruf J :

- Huruf dengan kepala melengkung ke kiri :

1. Huruf K :

2. Huruf G : 

3. Huruf C :

- Huruf dengan kepala melengkung ke kanan :

1. Huruf P :


2. Huruf B :

3. Huruf S :

B. Huruf Hidup (Harakat)

1. Huruf A : 

Cara penulisan :
a. Tinggi huruf  ½ tinggi normal atau tinggi 1 ruang.
b. Condong huruf ± 40°.
c. Huruf ini ditulis dari kiri bawah ke kanan atas.

Jika a disambung dengan huruf mati, ditulis seperti berikut 

Contoh sambungan :


2. Huruf  I  :
Cara penulisan :
a. Tinggi huruf  1 tinggi normal atau tinggi 2 ruang.
b. Condong huruf ± 60°.
c. Huruf ini ditulis dari kiri bawah ke kanan atas.

Contoh sambungan :


3. Huruf  U :

Cara Penulisan :
a.Tinggi huruf 1 tinggi normal atau tinggi 2 ruang.
b. Condong huruf ± 40°.
c. Huruf ini ditulis dari kiri bawah ke kanan atas.

Contoh sambungan :


4. Huruf E :

Cara penulisan :
a.   Tinggi huruf ½ tinggi normal atau tinggi 1 ruang.
b.   Condong huruf ± 30°. 
c.   Huruf ini ditulis dari kiri bawah ke kanan atas.
Contoh sambungan :


















No comments:

Post a Comment